Beberapa hari lalu saya membaca artikel di Internet bahwa di dunia saat ini ada sekitar 32 juta blog, dan jumlah itu akan terus bertambah.
Namun, menurut artikel itu hanya sebagian kecil dari jutaan blog itu yang worth to read, sisanya disebut sebagai hasil dari people who need to go out more.
Kenyataan itu dikatakan oleh The Times karena dengan punya blog tidak otomatis menjadikan seseorang menjadi good writer.
Meskipun blogging bisa menjadi sarana untuk belajar menulis.
Saya ingat komentar seorang blogger, “Bagaimana pun akan kelihatan blog yang dibuat oleh seorang yang biasa/bisa menulis,” katanya yang sering membuatnya minder sebagai seseorang yang tidak biasa menulis.
“Nggak bisa menulis juga tidak apa-apa, justru dengan blogging membiasakan diri untuk menulis, “saya menjawab saat itu.
Jangankan blogger amatir seperti saya, Jacob Oetama, orang nomor satu Kelompok Kompas Gramedia, mengatakan bahwa wartawan Kompas banyak yang belum bisa menulis.
Sementara Goenawan Mohamad dari Grafiti Pers, yang menguasai kelompok Tempo dan Jawa Pos, mengatakan ia tak pernah punya “lebih dari 10 orang penulis” di majalah Tempo. (andreasharsono.blogspot.com)
Tentu banyak blogger yang tidak setuju dengan artikel The Times itu, bahkan mungkin tersinggung disebut sebagai need to go out more.
Setelah membaca artikel itu saya merenung, apakah saya termasuk dalam kategori people who need to go out more, yang tidak punya kerjaan lain yang lebih penting atau friendless, tidak punya banyak teman?
Saya mengerti benar keberadaan blog, dan termasuk yang mengenal blog di awal-awal teknologi blog itu muncul.
Beberapa kali saya membuat blog, karena memang ia senang mengutak-atik sesuatu yang berhubungan dengan komputer/internet.
Tapi sebatas itu saja, membuat blog. Ia biasanya akan begadang satu atau dua malam, voila terciptalah blog baru.
Namun ia tidak akan meneruskan blognya itu. Bukannya tidak ingin tetapi tidak punya waktu untuk ngeblog, apalagi kalau sudah menyangkut blogwalking.
Dari mulai jalan-jalan/spending time dengan anak-anak hingga kegiatan-kegiatan lain yang kadang justru membuatku lebih sibuk .
Benar juga, saya pikir. Dimana punya waktu untuk blogging apalagi blogwalking.
Meskipun saya tidak terputus sama sekali dengan dunia blog, ia masih membaca beberapa blog dalam kapasitas sebagai ‘mencari/mengikuti informasi’ seperti halnya ia membaca koran/majalah atau menonton TV.
Karena itu saya membatasi membaca blog yang berkategori worth to read. Ia, dengan ketrebatasan waktu yang dimiliki, tidak bisa menempatkan blog sebagai sarana ‘mencari teman’.
Jangankan mencari teman baru di internet, dengan teman yang di alam nyata saja stuggling untuk terus bersilaturahmi atau sekedar keep in touch“,
Ketika berada di Jakarta tahun lalu seorang teman mengirim SMS,yang cukup mengagetkan, berupa keluhan atas temannya yang lain, “Istriku tersinggung, masa sih dia tidak punya waktu nemenin dia belanja untuknya , tapi malah sibuk kopdar dengan teman-temanya di internet yang cuma ia kenal lewat shoutbox”.
Teman yang mengirim SMS itu juga seorang blogger, bagaimana dengan teman-teman kita yang bukan blogger?
Kalau tidak punya waktu di luar jam kantor, bagaimana dengan blogging di jam kantor, banyak kok yang blogging dari kantor? Tanya saya pada temen,masih mencari alasan untuk membuktikan he just lazy.
“I don’t know how they do it, tetapi saya tidak punya waktu untuk blogging di kantor,”jawabku.
Aku justru heran dengan orang yang bisa blogging di kantor, “Apa dia tidak punya kerjaan di kantor?”dan “Tidak kah mereka merasa bersalah, digaji tapi tidak bekerja?”
Point taken.
Bagus bagi kita yang punya waktu dan sarana untuk terus blogging. Namun jangan membuat kita mengorbankan aktivitas/kewajiban yang lain,keluarga,teman, atau pun tetangga.
We don’t owe anyone anything, kita mau blogging atau tidak atau kita mau up date blog kita atau tidak.
Kita tidak perlu merasa bersalah jika every now and then menghilang/cuti dari dunia blog atau ‘menelantarkan’ blog kita.
Setiap kali saya tahu seseorang pamit sejenak dari blogging, saya justru senang, artinya dia punya sesuatu yang lebih penting dari sekedar blogging.
Menghilang tanpa pamit pun tidak apa-apa.
Karena itu, sejak dulu saya senang jika sebagian besar teman-teman saya tidak blogging. Saya terselamatkan dari kemungkinan menjadi sumber cerita di blog mereka, juga more importantly saya senang mereka tidak termasuk people who need to go out more.
Meskipun saya juga senang banyak teman saya yang blogging.
saya tidak blogging bukan karena lazy, begitu juga teman-teman saya,tidak blogging bukan karena malas dan bukan pula karena mereka buta teknologi blog.
And definitely mereka tidak blogging bukan karena tidak bisa menulis.
Administrator :
hallo dani… kapan pulang ternate? blognya oke bro!!!
Kebersamaan dan Kekompakan adalah kunci utama Existensi sebuah Club Motor. Sejak awal terpilih menjadi ketua TTC (Ternate Tiger Club) moto ini yang selalu saya pegang, akan tetapi seiring berjalannya waktu saya mulai pesismis dengan keadaan yang terjadi di dalam club, berawal dari beberapa pengurus yang mulai acuh-tak acuh terhadap tugas dan tanggung jawab yang diberikan sampai pada masalah kurangnya kesadaran anggota tentang komitmen yang dibangun di dalam club…akan tetapi sampai saat ini saya masih bisa berbesar hati karena ada seorang rekan yang punya kesamanaan visi dan mau membantu demi berkembangnya Club ini kedepan…dan saya hanya bisa bilang…..Thanks Bro, without you TTC is Nothing….!